Warriors of the KARBALA
Sejarah bak cermin yang mengisahkan kembali pelbagai peristiwa baik pahit maupun manis
bagi manusia. Di antara peristiwa sejarah Islam, kejadian Karbala memiliki ciri khas tersendiri.
Kebangkitan Imam Husein as dikenal sebagai simbol pertempuran antara hak dan batil dan
pengorbanan di jalan agama.
Kebangkitan Imam Husein as bukan sebuah peristiwa biasa, tapi telah menjelma menjadi satu
budaya hidup yang mampu menggerakkan manusia. Sebuah budaya yang bangkit dari agama
dan punya peran penting dalam melanjutkan nilai-nilai agama. Fenomena ini bak sumber mata
air yang mampu memuaskan dahaga para pencari kebenaran dan keadilan. Fenomena ini telah
memberikan ilham bagi banyak kebangkitan yang menuntut kebenaran. Kebangkitan ini
berhasil memunculkan para pahlawan yang menjadi contoh abadi bagi manusia yang memiliki
kepekaan hati dan menuntut keadilan.
Hakikat ini dapat disaksikan pada barisan Imam Husein as. Para sahabatnya yang mengenal
dengan benar siapa imamnya lalu bergabung dengannya untuk mendemonstrasikan puncak
pengorbanan. Bagi Imam Husein as dan para sahabatnya, luka yang muncul dari kebodohan
masyarakat lebih parah dari kesakitan yang dirasakan dari luka pedang. Dari sini, merobek tirai
kebodohan dari opini publik merupakan jihad paling penting bagi mereka.
Dalam sejarah Karbala disebutkan betapa kebanyakan sahabat Imam Husein as sejak awal
menggambarkan hakikat kepada musuh dengan beragam ungkapan yang mencerahkan. Di
saat perang para sahabat Imam Husein as memperkenalkan siapa sesungguhnya Imam Husein
dan keluarga Nabi lewat bait-bait syair mereka yang penuh semangat. Setelah itu bak busur
anak panah bersegera memasuki medan perang. Kenyataan ini menunjukkan para musuh
berusaha keras melakukan propaganda luas demi merusak citra keluarga Nabi. Masalah ini
membuat para sahabat Imam Husein as menjadikannya sebagai kesempatan untuk membela
sejarah, jalan dan metode Imam Husein.
Senin, 14 Januari 2013
Pembenaran untuk Sayidina Abu Tholib
Sayidina Abu Tholib, Mukmin Quraish
Menurut berbagai macam versi sejarah, tidak diragukan lagi bahwa Abu Tholib adalah salah satu tokoh pahlawan Muslimin. Terbukti pada awal penyebaran agama Islam, Muhammad Saw selalu dilindungi oleh Abu Tholib. Bahkan, slogan yang berbunyi “selama Abu Tholib hidup tidak ada yang berani menggangu Muhammad Saw“ itupun masih selalu terdengar hingga umat Islam yang hidup saat ini.
Namun sayangnya, juru kunci Ka’bah yang juga merupakan paman, pengasuh, sekaligus pelindung bagi Rosullulah ini, dikatakan meninggal dalam keadaan kafir. Anehnya, satu-satunya argumen yang memuat pernyataan tersebut hanya terdapat dalam kitab Shohih Bukhori. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ketika menjelang ajalnya, Abu Tholib tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Oleh karenanya, mayoritas umat Islam masih meyakini bahwa Abu Tholib meninggal dalam keadaan kafir.
Akan tetapi pada tatanan hujjah dalam Islam, Al-qur’an yang merupakan Kalamullah adalah hujjah yang utama. Sehingga, jika terdapat sebuah hadis yang isinya bertentangan dengan Al-qur’an, sudah pasti hadis tersebut diragukan kebenarannya. Seperti kasus yang terdapat pada hadis di atas yang mengatakan “Abu Tholib wafat dalam keadaan kafir” dengan Al-qur’an surat Al Mujaadilah ayat 22 yang berbunyi “kamu tidak akan mendapati orang beriman saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rosulnya sekalipun itu keluarga mereka”.
Langganan:
Postingan (Atom)