Senin, 14 Januari 2013

Peristiwa dan Ksatria Karbala

Warriors of the KARBALA

Sejarah bak cermin yang mengisahkan kembali pelbagai peristiwa baik pahit maupun manis
bagi manusia. Di antara peristiwa sejarah Islam, kejadian Karbala memiliki ciri khas tersendiri.
Kebangkitan Imam Husein as dikenal sebagai simbol pertempuran antara hak dan batil dan
pengorbanan di jalan agama.
Kebangkitan Imam Husein as bukan sebuah peristiwa biasa, tapi telah menjelma menjadi satu
budaya hidup yang mampu menggerakkan manusia. Sebuah budaya yang bangkit dari agama
dan punya peran penting dalam melanjutkan nilai-nilai agama. Fenomena ini bak sumber mata
air yang mampu memuaskan dahaga para pencari kebenaran dan keadilan. Fenomena ini telah
memberikan ilham bagi banyak kebangkitan yang menuntut kebenaran. Kebangkitan ini
berhasil memunculkan para pahlawan yang menjadi contoh abadi bagi manusia yang memiliki
kepekaan hati dan menuntut keadilan.
Hakikat ini dapat disaksikan pada barisan Imam Husein as. Para sahabatnya yang mengenal
dengan benar siapa imamnya lalu bergabung dengannya untuk mendemonstrasikan puncak
pengorbanan. Bagi Imam Husein as dan para sahabatnya, luka yang muncul dari kebodohan
masyarakat lebih parah dari kesakitan yang dirasakan dari luka pedang. Dari sini, merobek tirai
kebodohan dari opini publik merupakan jihad paling penting bagi mereka.
Dalam sejarah Karbala disebutkan betapa kebanyakan sahabat Imam Husein as sejak awal
menggambarkan hakikat kepada musuh dengan beragam ungkapan yang mencerahkan. Di
saat perang para sahabat Imam Husein as memperkenalkan siapa sesungguhnya Imam Husein
dan keluarga Nabi lewat bait-bait syair mereka yang penuh semangat. Setelah itu bak busur
anak panah bersegera memasuki medan perang. Kenyataan ini menunjukkan para musuh
berusaha keras melakukan propaganda luas demi merusak citra keluarga Nabi. Masalah ini
membuat para sahabat Imam Husein as menjadikannya sebagai kesempatan untuk membela
sejarah, jalan dan metode Imam Husein.

Imam Husein dan para sahabatnya benar-benar menjadi contoh akan ketakwaan. Mereka tidak
bungkam di hadapan kezaliman dan kebejatan dikarenakan memiliki semangat dan pemikiran
yang suci. Dalam peristiwa Karbala, para sahabat memikul tugas dan risalah amat penting.
Karena selain ini, jiwa mereka tidak akan dihiasi dengan keutamaan manusia. Tak pelak, segala
ciri khas menonjol moral dan pendidikan bagi para pemuda Karbala yang disaksikan dalam
peristiwa itu menjadikan mereka sebagai para pahlawan abadi dalam sejarah. Para sahabat
Imam Husein bin Ali as telah mencapai puncak keimanan dan pengorbanan mereka telah
menceritakan kelebihan mereka ini kepada dunia.
Satu dari kekhususan yang menonjol dari para pahwalan Karbala adalah loyalitas mereka
kepada Imam Husein as dan cita-citanya. Dalam kondisi yang paling sulit mereka bahkan tidak
bersedia membatalkan janji yang telah diikrarkan dengan Imam Husein. Di antara sahabat
Imam Husein as, Abul Fadhl Abbas memiliki posisi yang paling tinggi. Loyalitasnya sudah tidak
diragukan lagi dan sejarah menyebutnya sebagai pribadi yang paling setia kepada Imam
Husein as.
Abbas adalah anak Imam Ali as dan itu berarti saudara Imam Husein as juga. Ibunya bernama
Ummul Banin. Abbas dikenal sebagai seorang pemuda pemberani. Di antara para pemuda dan
keluarga pria Imam Husein, Abbas dikenal memiliki keutamaan jiwa dan akhlak serta ketinggian
ilmu. Raut wajahnya yang menarik membuatnya disebut sebagai Qamar Bani Hasyim yang
berarti bulan Bani Hasyim. Sejak kecil ia punya rasa simpati yang khusus kepada Imam Husein
as dan senantiasa menghormati saudaranya ini.
Dalam peristiwa kebangkitan Karbala, Abbas menjadi komandan perang pasukan Imam Husein
as. Tugas utamanya adalah melindungi Imam Husein as, menjaga tenda yang dihuni para
wanita, anak-anak dan mereka yang terluka serta mengambil air bagi anak-anak Imam Husein
as. Apa yang dilakukannya di Karbala berhasil mendemonstrasikan sikap ksatria paling indah
dalam kehidupannya. Di Karbala, tentara Yazid berusaha menundukkan pasukan Imam Husein
as dan para sahabatnya dengan menghalang-halangi mereka mendapatkan air minum. Ketika
rasa haus semakin mencekik anak-anak Imam Husein as, Abbas mengambil inisiatif untuk pergi
sendiri mengambil air.
Abbas menunjukkan keberanian yang luar biasa. Di tengah kepungan musuh ia berhasil
merangsek maju hingga tiba di tepi sungai Eufrat. Abbas lalu memasukkan tangannya ke dalam
air sungai menyaksikan air benig dan segar. Menyaksikan itu sesat ia hendak meminum.
Kondisinya sama juga dengan yang lain tengah kehausan. Tapi tiba-tiba ia teringat anak-anak
Imam Husein as dan tidak jadi minum. Tempat air dipenuhinya dan berusaha untuk kembali ke
tenda.
Saat itu juga para musuh mengeroyoknya dan berhasil memotong satu tangannya. Dengan
sigap Abbas mengambil tempat air dengan tangannya yang satu dan tetap berusaha menuju
tenda. Musuh masih belum puas, mereka berhasil memotong satu tangan Abbas yang masih
tersisa. Namun Abbas tetap bersikeras mendekatkan dirinya ke arah tenda, sementara tempat
air dibawa dengan cara menggigitnya. Akan tetapi ribuan anak panah yang dilontarkan musuh
membuat ia tak dapat menyampaikan air yang telah dibawanya untuk anak-anak Imam Husein
as. Abbas gugur syahid setelah dihujani banyak anak panah.
Tanah Karbala menyaksikan keberanian anak-anak dan para sahabat Imam Husein as. Satu
lagi dari pahlawan Karbala adalah Ali Akbar, anak Imam Husein as. Ali Akbar seorang pemuda
gagah berani. Wajahnya memiliki banyak kesamaan dengan kakeknya Rasulullah saw. Ali
Akbar juga seorang pemuda luar biasa dari sisi keutamaan akhlak dan seorang orator hebat.
Saat Ali Akbar meminta untuk menuju medan perang, dengan segala kecintaan yang
dimilikinya, Imam Husein akhrnya memberinya izin menuju medan perang. Anak pemberani
Imam menuju medan perang.
Saat masih bisa mengamati tubuh anaknya, Imam Husein as berdoa, "Ya Allah! Engkau
menjadi saksi akan seorang pemuda yang akan berperang ini memiliki rupa dan ucapannya
sangat mirip dengan rasul-Mu. Setiap kali kami rindu kepada Rasulullah, kami menangis saat
menatap wajahnya." Ali Akbar, anak Imam Husein as berperang dengan penuh keberanian. Ia
berhasil membunuh beberapa orang musuh. Namun tentara Yazid dengan cara licik
menyerangnya dari belakang dan menggugursyahidkannya.
Di antara para sahabat Imam Husein ada juga orang yang telah lanjut usia. Sebagian dari
mereka bahkan para sahabat Rasulullah saw. Di antara mereka adalah Habib bin Mazhahir,
sahabat Rasulullah yang bercahaya laksana bintang. Ia berkali-kali berperang bersama
Rasulullah saw dan Imam Ali as membela Islam. Sekalipun usianya telah lanjut, Habib bin
Mazhahir masih tetap memiliki keberanian masa mudanya. Ia berperang bak singa hingga
akhirnya meneguk cawan syahadah.
Habib memiliki seorang teman lama bernama Muslim bin ‘Ausajah yang bersama Habib
bergabung dengan konvoi Imam Husein as. Beberapa menit setelah syahadah Habib, Muslim
juga mereguk cawan syahadah. Muslim bin ‘Ausajah punya ucapan yang cukup terkenal yang
disampaikannya kepada Imam Husein as. Ia berkata, "Bila saya terbunuh sebanyak 70 kali dan
kemudian saya masih bisa hidup, pasti saya tidak akan membiarkanmu sendiri."
Wahab adalah pahlawan lain Karbala. Wahab sejatinya adalah seorang pemuda Kristen yang
tinggal di kota Kufah. Ketika ia mendengar pesan Imam Husein as ia bersama isteri dan ibunya
bergerak menuju Karbala. Wahab begitu terpesona dengan keberanian Imam Husein dan
sikapnya yang berani bangkit melawan kezaliman. Menurut Wahab, Imam Husein as adalah
pengejawantahan sempurna dari agama Islam dan ia begitu simpati dengan cita-cita Imam.
Akhirnya Wahab memeluk Islam lewat Imam Husein as.
Di hari Asyura, sesuai dengan nasihat ibunya, Wahab meminta izin kepada Imam Husein as
untuk pergi ke medan tempur. Diriwayatkan, Wahab berhasil membunuh 19 tentara musuh
yang mengendarai kuda. Wahab akhirnya gugur syahid setelah musuh terlebih dahulu berhasil
melukai kedua tangannya. Musuh begitu geram menyaksikan Wahab lalu memenggal
kepalanya dan dilemparkan ke arah pasukan Imam Husein as. Ibu Wahab langsung mengambil
kepala anaknya, memeluknya dan kemudian melemparkannya kembali ke arah musuh sembari
berkata, "Apa yang telah kami berikan di jalan Allah tidak akan kami ambil kembali." Wahab
saat menemui syahadah baru berusia 25 tahun.
Kisah seorang remaja pemberani bernama Qasim bin Hasan as dalam peristiwa Karbala layak
pula untuk disimak. Di malam Asyura saat Imam Husein as mengabarkan kepada para
sahabatnya tentang syahadah, Qasim bertanya, "Paman! Apakah saya juga dapat menerima
anugerah besar ini?" Sejenak Imam Husein as tertegun dan bertanya kepadanya, "Wahai
anakku! Apa rasanya kematian bagimu?" Qasim menjawab, "Kematian di jalan Allah bagiku
lebih manis dari madu." Di hari Asyura Qasim yang baru berusia 13 tahun akhirnya mendapat
izin dari Imam Husein as setelah memaksa berkali-kali. Qasim menuju medan tempur. Setelah
memperkenalkan dirinya dengan gagah berani ia menerjang ke tengah kerumuman musuh dan
akhirnya ia berhasil meneguk cawan syahadah yang lebih manis dari madu.
Hurr bin Yazid Al-Riyahi tokoh lain pahlawan Karbala. Hurr pada awalnya tidak berada di
barisan Imam Husein as. Sebenarnya tentara Hurr adalah kelompok pertama dari pasukan
musuh yang berhadap-hadapan dengan konvoi Imam Husein as. Sikap Imam Husein as yang
lemah lembut terhadap pasukannya membuat Hurr begitu terpengaruh. Imam memperbolehkan
tentara Hurr, bahkan kuda-kuda mereka yang begitu kehausan untuk minum di sungai Eufrat.
Di hari Asyura, saat perang antara kebenaran dan kebatilan terjadi, batin Hurr begitu tersiksa.
Bagaimana tidak, ada front Imam Husein as yang menjadi simbol kesucian, kekesatriaan dan
keutamaan manusia dan di sisi lain ada front kebusukan, kelicikan dan kehinaan.
Hurr pada waktu itu seperti tengah berada di antara dua pilihan, surga atau neraka. Namun
pada akhirnya Hurr memilih untuk menolak kebatilan dan meninggalkan konvoi itu. Hurr menuju
Imam Husein yang menjadi simbol kesempurnaan manusia. Kedermawanan Imam Husein as
begitu mempengaruhinya. Kini Hurr telah mampu membebaskan dirinya dari seorang
penghamba kezaliman. Ia meminta izin dari Imam Husein as untuk segera dikirim ke medan
pertempuran. Hurr kemudian menuju medan perang dan setelah berperang secara ksatria ia
akhirnya gugur syahid.
Mereka yang disebutkan dalam peristiwa Karbala ini hanya merupakan bagian dari manifestasi
cinta, keberanian dan kekesatriaan para pahlawan Karbala. Mereka bak bintang-bintang
gemerlap yang mampu memainkan peran abadi dalam kebangkitan Imam Husein as. Guna
menyifati mereka, tampaknya cukup memahaminya lewat ucapan Imam Husein as, "Saya
belum pernah menyaksikan sahabat yang lebih baik dari sahabat-sahabatku. Saya belum
pernah mengetahui keluarga yang lebih komit dalam bersilaturahmi dari keluarga saya. Semoga
Allah memberikan pahala kepada kalian yang telah membantu saya."(IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar